Nama ‘dieng’ yang secara harfiah diterjemahkan sebagai ‘tempat tinggal para Dewa’ mengatakan semua yang perlu Anda ketahui tentang koleksi candi kuno kecil yang terletak di lanskap vulkanik yang luar biasa di Dataran Tinggi Dieng. Lokasi yang berkabut, mata air belerang dan danau berwarna benar-benar menjadikan tempat ini sebagai tempat keajaiban alam dan makna budaya.
Datang ke sini dan Anda akan dibawa kembali ke zaman kuno. Candi-candi tersebut merupakan peninggalan dari masa kejayaan kerajaan Hindu di Jawa pada abad ke-7 dan ke-8. Berdiri di dataran tinggi 2.000 meter (6.500 kaki) di atas permukaan laut, pengaturan luar biasa dari kuil-kuil inilah yang menjadikannya paling luar biasa. Dipercaya bahwa tempat ini dipilih sebagai lokasi suci karena pemandangannya yang spektakuler.
Dari lumpur yang menggelegak, danau belerang berwarna cerah dan kabut tebal yang mengelilingi dataran tinggi, pengunjung akan dengan mudah memahami mengapa orang Jawa kuno menganggap tempat ini sebagai pusat kekuatan gaib. Pengunjung modern ke dataran tinggi terpesona oleh keindahan yang tidak wajar dari tempat ini, dan banyak yang menganggapnya cukup menakutkan.
Masing-masing candi kecil diberi nama sesuai dengan tokoh-tokoh dalam kisah epik Mahabharata seperti Bima, Gatotkaca, Arjuna dan Srikandi. Diyakini bahwa candi-candi ini dulunya berfungsi sebagai tempat tinggal para pendeta Hindu yang akan menyebarkan ajaran Hindu.
Dua Danau Warna-warni
Kemegahan alam di lokasi ini sangat mempesona. Dari danau dengan warna hijau dan kuning yang disebut Telaga Warna hingga air murni dari danau ‘cermin’ yang disebut Telaga Pengilon, keindahan alam tempat ini luar biasa. Danau cermin sangat mengesankan karena menawarkan gambar lanskap yang sangat reflektif. Meski dampak penebangan hutan terlihat dengan banyaknya pepohonan di sekitar danau yang ditebang, namun fenomena alam tersebut tetap mengesankan.
Setelah Anda berjalan ke puncak dataran tinggi Dieng Anda akan merasa seperti berada di puncak dunia. Akan sulit untuk mengetahui di mana mencarinya karena pemandangan dari dataran tinggi berupa danau yang beruap dan berwarna-warni, kuil-kuil kuno, dan lanskap hijau yang subur.
Highlight: Pesona Museum Macan di Jakarta
Bagaimana Menuju Ke Sana
Baik Anda datang dari Jakarta, Semarang, atau Surabaya, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mencapai Wonosobo baik dengan kereta api atau bus karena keduanya nyaman dan tersedia kapan saja. Pergilah ke Terminal Mendolo di Wonosobo dan kemudian temukan transportasi minibus umum bernama Mikromini untuk perjalanan langsung ke Dataran Tinggi Dieng. Mikromini selalu tersedia di Terminal Mendolo setiap hari dari pukul 8.00 pagi hingga 17.00 sore waktu setempat dan perjalanan hanya berjarak 1,5 – 2 jam.
Cara Berkeliling
Tidak ada cara yang lebih baik untuk menjelajahi Dataran Tinggi Dieng selain berjalan kaki. Namun, jika Anda mencari cara cepat untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, banyak penduduk setempat yang menyediakan wahana sepeda motor dengan harga terjangkau.
Ada banyak hal yang bisa Anda lakukan di Dataran Tinggi Dieng. Untuk tontonan yang benar-benar menakjubkan, tiba di dataran tinggi saat matahari terbit dan Anda akan dimanjakan dengan bukan hanya satu, tetapi dua pemandangan matahari terbit yang menakjubkan, matahari terbit ’emas’ dan ‘perak’. Matahari terbit ganda ini merupakan fenomena alam yang unik. Pengunjung menikmati matahari terbit ’emas’ pertama dari menara pengawas sementara matahari terbit ‘perak’ kedua dapat dilihat dari kuil.
Bahkan perjalanan ke dataran tinggi menawarkan pemandangan yang mengesankan. Dalam perjalanan ke atas, pengunjung akan melewati perkebunan tembakau dan pemandangan pegunungan yang indah.
Masyarakat Dieng sudah terbiasa dengan pengunjung dan menyambut hangat para pelancong ke wilayah tersebut.